Islam Crescent Moon

Rabu, 05 Desember 2012

KAI UTUH AMUT




                        Garis keturunan

            Burhan bin Aran menmceritakan suatu kisah yang diperolehnya dari seorang saksi sejarah yang kini masih hidup. Yang bernama sanah yang juga merupakan neneknya.
Dahulu di desa Hambuku ilir hidup sepasang suami istri yang amat rukun dan damai. Sanb suami bernama Datu Kapsan dan istrinya Datu Galuh Muning. Sdebagaimana kebanyakan penduduk desa saat itu kebanyakan bekerja sebagai nelayan di sungai atau danau yang ada disekitar desa mereka. Sebagian lagi mata pencaharian penduduk adalah bertani dan berkebun
            Datu Kapsan adalah salah satu dari penduduk desa itu yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Hasil dari tangkapan ikan yang ia dapatkan beliau bawa atau jual sendiri ke daerah lain. Terkadang ke Negara, Amuntai, Kalua dan daerah lainnya. Adapun istri beliau Datu Galuh Muning tatkala sang suami pergi, membantu mencari ikan di sekitar rumah saja.
            Beberapa tahun kemudian dari hasil perkawinan mereka berdua lahirlah empat orang anak yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga orang laki-laki
1.      Anak pertama seorang perempuan bernama Jaah (wafat tahun 1994, umur 100 tahun lebih)
2.      Anak kedua seorang laki-laki bernama Rahmat yang akhirnya dikenal dengan sebutan UTUH AMUT .beliau tidak beristri hingga akhir hayat.
3.      Anak ketiga bernama Andar (wafat pada waktu berumur 80 tahun)
4.      Anak keempat seorang lelaki bernama Kai Ira ( wafat pada saat berumur 75 tahun)

RAHMAT YANG DIKENAL DNGAN SEBUTAN
UTUH AMUT
            Kai Rahmat atau yang lebih dikenal dengan gelar Utuh Amut yang merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Datu Kapsan dan Datu Galuh Muning. Menurut cerita yang disampaikan nenek Sanah kepada Burhan bin Aran bahwa Kai Utuh Amut di waktu kecilnya pada usia sekitar tujuh atau delapan tahun masih berpakaian lengkap seperti anak kecil lainnya. Teapi ketika dia mendapat musibah atau kecelakaan yang menimpanya yaitu jatuh dari ayunan yang disebut ayunapan (ayunan yang terbuat dari papan). Yang mana ia bermain ayunan tersebut di bawah rumahnya 9kebiasaan rumah orang di desa ini saat itu tinggi-tinggi yang mana tingginya bias mencapai 2 meter. Mainan ayunapan ini merupakan permainan tradisional anak-anak pada masa dahulu. Setelah jatuh dari ayunan tersebut ia menjadi sakit dan sakitnya semakin hari semakin bertambah. Kedua orang tua Kai Utuh Amut ini berusaha menyembuhkannya dengan membawa kepenambaan (orang pintar) yg ada dikampungnya saja serta dengan mencoba memakan obat-obatan tradisional yang mereka ketahui dari orang tua terdahulu, maklum untuk berobat kekota atau keluar daerah mereka tidak mempunyai uang atau dana.
            Semakin hari sakit anaknhya semakin bertambah, sampai-sampai sakitnya tersebut hamper membuatnhya meninggal dunia.
            Demi melihat keadaan sakit anaknya yang demikian parah inilah Datu Kapsan dan Datu Galuh Muning berdoa siang dan malam untuk kesembuhan anaknya. Karena mereka berkeyakinan bahwa hanya kepada ALLAH-lah berserah diri, Tidak ada yang dapat meneymbuhkan penyakit selain Dia.
            Bagaimana parahnya suatu penyakit, kalau ALLAH belum menghendaki kematiannya, maka orang itu akan sembuh. Maka dengan qudrat dan iradat serta inayah dari ALLAH TA’ALA akhirnya Utuh Amut sembuh dari penyakit yang dideritanya.
            Tetapi setelah kesembuhannya terjadi perubahan pada dirinya . sebelum sakitnya ia masih suka berpakaian tetapi setelah sembuh ia tidak mau lagi berpakaian. Kalau disuruh berpakaian ia akan menggelangkan kepalanya dan kalau dipaksa dia akan menangis sambil meronta-ronta. Karena kebiasaanya ia akhirnya diberi gelar Utuh Amut atau orang yang telanjang bulat.
            Setelah kesembuhannya dari penyakit dan kebiasaan barunya yang tidak mau berpakaian, ia suka berjalan kemana saja baik siang maupun malam dan waktu ia berumur sekitar 9 tahun.
            Dalam hal perjalanannya itu Utuh Amut lebih sering berjalan kaki. Namun sesekali ia ikut menumpang kendaraan atau ada orang yang mengajaknya naik kendaraan. Menurut salah seorang cucunya yang masih hidup Utuh Amut saat mau berjalan tidak mau diberi bekal makanan atau minuman dan tidak bias diperkirakan ke mana ia akan berjalan dan kapan ia akan kembali, namun rumah keluarganya tidak pernah menutup pintunya karena Utuh Amut datangnya tidak menentu, terkadang siang, sore, malam bahkan waktu subuh, dan tentang makanan-makanan selalu disiapkan diatas meja maka, sebab walaupun disuruh makan terkadang ia tidak mau makan dan terkadang disaat orang tidak ada yang makannya ia minta makan.
            Melihat keadaan yang demikian Datu Kapsan merasa prihatin melihat kondisi anaknya yang kala itu masih terlalu muda untuk berjalan ketempat yang terlalau jauh dan kadang-kadang sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan baru kembali kerumah. Datu Kapsan berusaha sedapat mungkin untuk melarangnya, bahkan ia pernah melarangnya disertai dengan menyakiti atau memukulnya. Namun semua itu tidak dipedulikan Utuh Amut. Hal ini dilakukan Karen ia mempunyai kemauan yang keras dan kuat. Kebiasaan berjalan-jalan ini dilakukannya hingga tahun 1972.


ASAL MULA TERKENALNYA UTUH AMUT

            Kali pertam terlihat keanehan atau keramat pada Kai Utuh Amut terjadi pada akhir tahun 1971 di Kelayan, Banjarmasin di rumah seorang perempuan tua bergelar Ma Utuh dan disaksikan oleh Ma Utuh sendiri. Pada saat Kai Utuh Amut sudah mau memakai pakaian. Namun ia hanya mau memakai pakaian jika pakaian yang dipakainya berwarna kuning.
            Al-kisah adalah perempuan tua yang yg bergelar Ma Utuh ini mempunyai penyakit yang sudah lama sekali dideritanya, yaitu penyakit abuh (pembesaran perut) atau tumor diperut. Sudah kesana kemari berobat, baik kerumah sakit, dokter (pengobatan modern) ataupun kedukun kampong (pengobatan tradisional), namun penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Sedangkan untuk biaya berobat kerumah sakit sudah tidak ukup lagi. Sampai pada suatu saat datang lah Ma Utuh kepada seorang Habib untuk minta Banyu TAwar (9meminta air yang diberi doa) bagi kesembuhan penyakitnya. Setelah sampai dirumah Habib tersebut Ma Utuh menceritakan penyakit yang dideritanay dan minta tolong kepada Sang Habib untuk memberikan banyu tawar (air yg diberi doa) dan mendoakan  bagi kesembuhan penyakitnya. Tak lama kemudian selesailah sang Habib menawar banyu yang diminta Ma Utuh dan memberikan air tersebut kepadanya sambil berpesan :
 Wahai Ma Utuh air ini nanti diminum tiga kali sehari semoga penyakit sampian cepat disembuhkan oleh ALLAH SWT”.
 “Ma Utuh aku berpesan kepadamu nanti apabila sampian ada bertemu atau melihat seseorang yang terlihat aneh atau tidak seperti kebiasaan orang banyak maka ajaklah ke rumah dan beri makan dan minum serta pakaian dan peliharalah ia serta mintadoakan kepada untuk kesembuhan penyakit sampian. Hanya itulah yang dapat aku sampaikankepada sampian, semoga sampian bertemu dengan orang tersebut dan penyakit sampian lekas sembuh.” Ujar Habib menambahkan.
            Sesampainya dirumah terpikir oleh Ma Utuh untuk mencari orang yang disebutkan dan di isyaratkan oleh Habib tadi dan ia berusaha mencari orang tersebut.
            Setelah beberapa hari kemudian saat duduk-duduk di teras rumahnya Ma Utuh melihat seorang laki-laki tua sedang berjalan di depan rumahnya sambik mulutnyha komat-kamit seperti ada yang dibacanya, orang tersebut tidak memakai busana sedikitpun namun kulit orang tersebut terlihat sangAt bersih layaknya orang yang baru mandi. Demi melihat orang n tersebut dengan cepat Ma Utuh berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju orang yang ada di depan rumahnya sambil memanggil: “utuh!... utuh!... utuh!...(panggilan orang hulu sungai kepada laki-laki yang tidak dikenalnya) tunggu aku.”teriak Ma Utuh sambil melambaikan tangannya.
            Mendengar ada yang memanggilnya orang yang bertelanjang itupun berhenti. Kemudian Ma Utuh mengajak orang tersebut ke rumahnya  dan orang itupun mau mengikuti ajakan Ma Utuh . setelah masuk orang itu dianggapnya sebagai tamu, diberi makan, minum dan diberi kamar untuk istirahat, namun anehnya orang itu mau menuruti apa-apa yang diperintahkan Ma Utuh. Setelah seharian berada dirumah Ma Utuh orang yang bertelanjang itu diajak berbicara oleh Ma Utuh. Namun orang tersebut sepertinya aga atau gagu (tuna rungu) kurang lancer dalam berbicara, tetapi ia sangat faham dengan apa yang kita ucapkan kepadanya dan kalu diberi pertanyaan kebanyakan dijawabnya hanya dengan anggukan dan gelengan kepala atau senyum-senyum sambil tertawa-tawa.
            Utuh, aku menderita suatu penyakityang sudah lama ku derita yaitu penyakit abuh (tumor diperut,perut setiap harinya bertambah besar) jadi aki minta tolong kepadamu bagaimana caranya supaya penyakitku ini sembuh.” Kata Ma Utuh seraya memohon dengan sangat.
            Orang yang dihadapannya (Utuh Amut) mendengarkan dengan seksama apa-apa yang dibicarakan oleh Ma Utuh.
            apabila nanti penyakitku ini sembuh maka engkau akan ku angkat menjadi saudaraku dunia akhirat dan engkau akan kubelikan pakaian yang berwarna serba kuning.” Sambung Ma Utuh lagi.
            Mendengarkan perkataan Ma Utuh yang demikian Utuh Amut tersenyum sambil mengangguk-angguk tanda setuju. Kemudian Utuh Amut mendekati Ma Utuh, setelah berhadapan Utuh Amut memejamkan matanya sambil berdoa untuk kesembuhan Ma Utuh. Setelah seleesai berdoa Utuh Amut mengambil nafas dalam-dalam dan meniupkannya kea rah perut Ma utuh , hal ini dilakukannya sebanyak tiga kali berturut-turut. Setelah selesai Utuh Amut mengisyaratkan kepada Ma Utuh untuk tidur kekamarnya. Dan Ma Utuh menuruti apa yang di isyaratkan oleh Utuh Amut seraya berdoa : “mudah-mudahan penyakitku ini segera sembuh.”
            Seperti biasanya Ma Utuh bangun jam empat subuh dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh, betapa terkejutnya ia melihat keadaan perutnya, yang mana tadinya besar  bagaikan orang yang sedang hamil tua sekarang sudah kecil seperti sebelum ia menderita penyakit abuh dan tidak merasakan lagi ada sakit ataupun rasa perih di perutnya sebagaimana sebelumnya tak terasa. Tak terasa ia berucap :
Maha suci ALLAH, Segala puji bagi ALLAH dan tidak ada Tuhan selain ALLAH dan ALLAH Maha Besar, yang apabila ia menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah”.
            Kemudian dia bergeggas berwudhu dan melanjutkan shalat subuhnya dan diteruskan dengan doa. Setelah itu dia melakukan sujud syukur sebagai tanda terima kasihnya kepada ALLAH TA’ALA atas kesembuhannya yang telah diberikan-Nya kepadanya dan tak lupa pula ia berterima kasih kepada  Utuh Amut yang telah mendoakan kesembuhannya sambil mendoakan Utuh Amut agar ALLAH memberikan keselamatan dan kesejahteraan di dunia maupun diakhirat kelak.
Kemudian Ma utuh memberi tahu kpd Utuh Amut tentang kesembuhan penyakitnya sambil mengucap[kan terima aksih yg tak terhingga kepadanya . utuh Amut hanya senyum-senyum sambil mengangguk-ngangguk seraya ikut bergembira mndengar ucapan Ma Utuh.
            Setelah menyiapkan makanan ala kadarnya untuk Utuh Amut Ma Utuh pergi kepasar untuk membelikan pakaian kuning untuk Utuh amut sebagaimana Nadzarnya. Sesampainya dipasar Ma Utuh menceritakan  semua yang dialaminya ini kepada semua orang yang  ditemuinya terutama pedagang pakaian dimana ia akan membelikan pakaian itu. Mendengar penuturan Ma utuh  pedagang kain tersebut tidak mau dibayari perihal kain hyang ingin dibeli Ma Utuh. Pedagamng tersebut menyedekahkan pakaian tersebut.
Tak lama setelah kejadian tersebut maka gemparlah penduduk kampong Kelayan itu mendengar kesembuhan Ma Utuh yang didoakan dan ditiupi oleh Utuh Amut yg menjadi tamu. Maka berdatanganlah sebahagian penduduk kampong  ke rumah Ma Utuh untuk minta doa atau minta hajatnya didoakan agar dikabulkan ALLAH TA’ALA kepada Utuh amut, setiap harinya rumah Ma Utuh tidak pernah sepi dari para tamu yang datang baik dari dalam maupun luar kampong kejadian ini berjalan lebih dari 2 bulan (akhir tahun 1971). Begitu cepat berita tersebut terdengar sampai ketelinga keluarganya. Maka keluarganya akan menjenguk untuk memastikan apakah benar Utuh Amut yg diberitakan itu adalah keluarganya sekaligus untuk menjemputnya pulang kekampung halaman. Stelah mengadakan musyawarah keluarga, maka berangkatlah saudara tuanya yaitu Jaah dan cucunya Idup ke Kelayan, Banjarmasin untuk memastikan berita tersebut. Sesampainya dkampung Kelayan mereka menuju rumah Ma Utuh  diantar oleh penduduk kampong yg tahu keberadaanya. Setelah bertemu dgn Utuh Amut saudara dan cucunya bersalaman sambil berpelukan karena rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Setelah beberapa hari menginap dirumah Ma Utuh Jaauh minta izin untuk membawa Utuh Amut kekampungnyadan tak lupa mengucapkanterima kasih karena telah memelihara saudaranya Utuh Amut dalam beberapa bulan terakhir. Ma Utuh pun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pertolongan Utuh Amut dalam mendoakan kesembuhannya serta mendoakan Utuh Amut agar diberikan balasan berlipat ganda oleh ALLAH SWT.
Mak pulanglah Utuh Amut bersama kakak dan cucunya menumpang kapal motor cinta sempurna menuju desa sungai Durait Babirik. Saat kepulangan inilah hamper seluruh warga penduduk kampong Kelayan berduyun-duyun datang kerumah Ma Utuh untuk melepas kepergian Utuh Amut dengan melambaikan tangan sambil berlinang air matasebagian penduduk kampong terutama Ma Utuh yang tak kuasa menahan tangisnya mengantarkan kepergian Utuh Amut dan keluarganya ketika mereka sudah menaiki kopal motor tersebut seraya berdoa “semoga kalian selamat sampai tujuan”. Utuh Amut dan keluarganya pun melambaikan tanan seraya berucap “selamat tinggal. Semoga kita bertemu kembali”.
Beberapa hari kemudian sampailah Utuh Amut beserta keluarganya dirumahnya desa Sungai Durait babirik yaitu sekitar awal tahun 1972. Dan sejak saat kedatangannya itu Utuh Amut tidak pernah lagi berjalan ataupun berkelana keluar kampungnya sebagaimana kebiasananya dahulu. Namun setiap harinya tidak henti-hentinya orang datang kerumahnya untuk minta doakan ataupun berbagai hajat lainnya baik dari sekitar kampungnya ataupun dari luar kampungnnya dan dari luar daerah Kalimantan Selatan seperti Palangkaraya, Sampit, Kapuas, Samarinda, Muara Teweh dan daerah-daerah lainnya.
Dan adapun yang penulis tulis kali ini adalah keramat Utuh Amut lainnya seperti :
1.      Saat Utuh Amut dalam kandungan pernah ibunya menemui keanehan, yaitu pada saat ibunya berjalan kerumah tetangga untuk suatu keperluan. Pada saat perjalanan pulang kembalinya kerumah hujan turun dengan lebatnya disertai angin sangat kencang, namun saat itu air hujan tidak mengenai tubuh ibunya sampai ibunya masuk kerumah. Padahal jarak dari saat kehujanan sampai kerumahnya sekitar 300-400 meter

2.      Pada saat disunat/khitan ia tidak mersa sakit. Bahkan ketika selesai disunat ia langsung bermain air dgn bermandi-mandian disekitar rumahnya yang terletak ditengah sawah.

3.      Pada tahun 1965  ketika ia berjalan disekitar kampung  ia digigit ular dikaki kanannya, namun gigitan tersebut tidak membahayakannya. Hanya dengan mengobati disertai olesan kucur kinang gigitan ular berbisa tersebut menjadi tawar dan baik kembali. Ular berbisa tersebut ditangkap dan dilepaskannya kesungai.

4.      Tersebut cerita pada masa penjajahan belanda pada saat itu musim kemarau, ada sebuah mobil belanda yang ingin lewat menyebrang diatas jembatan sungai durait, namun ketika baru sampai kurang lebih 2 meter diatas jembatan mesin mobil tersebut mati seketika dan tidak mau hidup, setelah dicoba diperbaiki dan dihidupkan kembali mobil tersebut tetap tidak mau hidup padahal mobil tersebut  sepertinya tidak ada kerusakan. Kemudian ada salah seorang penumpang yang melihat kebawah jembatan ternyata ada seseorang yang sedang tidur dengan pulas.. kemudian mereka memberitahu hal tersebut kepada teman yang lainnya. Maka mereka turun untuk memeriksa kebawah jembatan ternyata yang tidur tersebut adalah Kai Utuh Amut. Kemudian mereka mencoba membangunkannya dan Kai Utuh Amut pun bangun. Setelah itu mereka mencoba menghidupkan mesin mobil mereka lagi dan ternyata dapat dihidupkan serta dapat melewati jembatan tersebut untuk meneruskan perjalanan.

5.      Pedagang yang jika barang dagangannya diminta oleh Kai Utuh Amut dikasihkan kepadanya, barang dagangannya akan cepat laku,sebaliknya barang dagangan yang dimintanya tidak diberi maka dagangannya hamper tidak mau laku.
 
Mungkin hanya itu saja yang penulis dapat tulis dari salinan buku MANAQIB UTUH AMUT kali ini, apabila ada salah khilaf mohon dimaafkan dan kalau ada ketidak puasan dari pembaca atau ada yang ingin ditanyakan atau meminta postingan kisah-kisah para Wali Insya ALLAH penulis akan carikan.Terima kasih sudah mau singgah di blog kami,semoga bermanfaat dan memotivasi kita dalam beribadah kepada ALLAH.sekali lagi kami ucapkan TERIMA KASIH

Minggu, 02 Desember 2012

Syekh Saman Al-Madani




Nama beliau adalah Gauts Zaman al-Waly Qutbil Akwan Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah Saw.
Lahir di Kota Madinah pada tahun 1132 H / bertepatan tahun 1718 M.
Wafat pada hari Rabu 2 Zulhijjah tahun 1189 H, di makamkan di Baqi’.
Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah AHLUL BAIT NABI beraqidah ahlussunnah wal jamaah dengan Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Syafii mazhab fiqih furu’ ibadatnya, dan Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.
Beliau r.a tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali Khalifah pertama, yakni Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingnya, kecuali para Anbiya wal mursalin).
Guru mursyid Beliau adalah Sayyidina Syekh Mustafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria, dari pihak ayah keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a dari pihak ibu keturunan Syayidina Husin Sibthi Rasulullah Saw.
Pangkat kewalian beliau adalah seorang Pamungkas para wali, yakni Gauts Zaman, dan wali Qutb Akwan, yakni kewalian yg hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.
(syahdan) adalah nama beliau sayyidi syekh samman itu dari pada lauhil mahfuz dan setengah dari pada WAZAN MAHDI menyebut kan yang demekian itu di dalam kitab THABAQAT bagi sayyid ahmad as-syarnubi,maka lihat lah di dalam THABAQAT nya itu
ADALAH TA’BIAT sayyidi syekh samman RA, kasih sayang kepada orang yang thalibul ilmu dan kepada orang yang sholih ,dan kepada orang tang faqir dan miskin dan lagi pula suka berkhidmah kepada orang yang ziarah ke maQam rasulullah dari pada orang yang ‘alim dan orang yang sholih dari pada orang awam dan khawwas
Tabi’at SAYYIDI SYEKH SAMMAN selagi kecil hingga pada had mursyid’x : adalah beliau sangat memulia kan ke dua orang tua beliau ,lagi pula mengekal kan musyahadatuwujud dan muraqabah dan ‘ibadah hingga beliau meninggal kan dari pada adat dan melawani hawa nafsu beliau hingga dari pada yang halal sekali pun ,dan tida lah beliau tidur kecuali sedikit jua ,dan apabila di beri bantal oleh orang tua beliau maka keluh kesah lah beliau seperti orang yang sakit,dan apabila sampai pada waktu syahur beliau bangun dan membaca ratib syahur lalu sembahyang subuh berjama’ah dengan orang banyak lalu membaca ratib subuh hingga terbit matahari , dan ap[abila terbit matahari maka bangkit lah beliau untuk sholat sunat isyraq dua raka’at, dan apabila naik matahari seperempat maka bangkit lah beliau untuk sholat dhuha ,dan lagi pula adalah beliau membanyak kan puasa sunnat dan riyadhah dan menjauh kan dari bersedap dari lezat nya dunia sampai dari pada yang halal sekali pun ,dan adalah hal ihwal ini adalah hal jeada’an beliau semasa kecil beliau yakni sebelum balig nya , pada masa itulah beliau di suruh orang tua nya masuk ke dalam shiwan(tempat makan) untuk di beri makan makanan ,mana kala selesai makan di lihat oleh orang tua nya tempat ia makan se’olah” tak di makan beliau ,dan pergi lah orang tuanya kepada guru mengaji al-qur’an semasa kecil nya untuk menghabar kan hal ihwal anak nya ,maka di jawab oleh guru nya jangan lah engkau takut akan anak mu itu , tidak syak lagi bahwa ia adalah aulia allah da tidak khilaf lagi antara ulama,dan adalah sayyidi syekh samman apabila melihat orang tua nya memakai pakayan yang indah” atau memakai pakaya yang di larang syara’ maka di kata kan kepada nya wahai orang tua ku tidak lah suka tuhan kita kepada orang yang bersuka” di dalam dunia ini ,demikian lah hal ihwal masa kecil beliau
(syahdan)
adalah sayyidi syekh samman al-madani selalu dalam zdikir siang dan malam dan suka ber’ujlah (bersunyi dari manusia)dan masuk khalwat ,dan melajim kan ziarah ke baqi’ yakni pekuburan para istri” rasulullah ,di madinaturrasul ,
DAN ADALAH HAL IHWAL NYA SAYYIDI SYEKH SAMMAN AL-MADANI pada masa bidayah nya yakni masa awal permula’an dia menjalani akan jalan tasauf beliau berpakaian dengan pakaian yang indah” kemudian datang sayyidi syekh sayyid abdul qadir al-jailani membawa baju jubah putih padahal adalah sayyidi syekh samman dalam kamar khalwat beliau dan memakai lah akan baju jubah itu sampai sekarang,dan adalah beliau sa’at itu menyembunyikan ilmu dan amal beliau hingga datang hadhdharurrasul memerintah kan untuk menzahir kan nya ,maka zhahir lah lebih zhahir dari matahari di tengah hari,dan berdatangan lah orang” untuk mengambi bai’at thariqat kepada beliau
SETENGAH PERKATA’AN SAYYIDI SYEKH SAMMAN AL-MADANI:
-barang siapa membaca ” allahummagfir li ummati sayyidina muhammad,allahummarham ummata sayyidina muhammad ,allahummastur ummata sayyidina muhammad ,allahummajbur ummata sayyidina muhammad ” 4 kali sesuda sholat subuh sebelum berkata” urusan dunia hal nya dia istiqamah adalah dia menempati martabat fadilah qutub
-barang siapa mengambil tariqat kepada ku dan mengamal kan nya niscaya pasti ia akan mendapat kan rasa majzub di dalam dunia (di ambil oleh allah aqal nya yang basyari’ah diganti dengan aqal yang bersifat rabbaniyah) yakni diambil oleh allah akan rasa punya wujud dan sifat dan af’al di ganti dengan rasa ‘adam mahdhah adam semata” yakni tiada punya wujud ,sifat dan af’al melayin kan hanya allah SWT yang punya wujud haqiqi,minimal sa’at sakaratul maut’ nya
-adalah perkata’an ku ini seperti perkata’an sayyidi syekh abdul qadir al-jailani “barang siapa yang menyeru akan aku ya samman 3 kali hal keada’an nya mendapat kesusahan ,niscaya datang aku menolongnya
Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik zikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah SWT yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.
Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu di antaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini). Karyanya yang paling terkenal adalah kitab Allnsab. Ia juga mengarang buku-buku lain, seperti Mujamu al-Masyayikh, Tazyilul Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.
Kemuliaan
Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah. Baik kitab Manaqib Syaikh al-Waliy al-Syahir Muhammad Saman maupun Hikayat Syekh Muhammad Saman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh Samman.
Karamah sayyidi syekh samman teramat banyak dan sebagian karamah Sayyidi Syekh Samman yang diriwayatkan Mufriin bin Abdul Mu’in dengan katanya : ketika aku berlayar ke negeri Hijaz manakala aku sampai di tepi laut ku lihat mega hitam pekat dan datang angin topan yang kencang hingga kapal ku hampir tenggelam maka aku sangat takut , lalu aku berteriak sehabis-habis suara “yaa Samman” 3 kali ya mahdali” maka tiba” ada dua orang yang datang dan memegang kedua sisi kapal ku dan reda lah angin tupan itu serta sampai lah aku ke negri hijaz dengan selamat
Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syekh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar biasa. “Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus,” kata Abdullah al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, ketika itu Syekh Samman berada di kediamannya sendiri.
Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib. diperolehnya sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Jailani.
Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu. datang Syekh Abdul Qadir Jailani yang membawakan pakaian jubah putih. “Ini pakaian yang cocok untukmu.” Ia kemudian memerintahkan Syekh Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya. Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah SAW untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.
Adalah sesorang untuk mendapatkan fadhilah satu karomah Aulia Allah hendaklah ia yaqin bahwa orang itu benar-benar Aulia Allah dan tidak syak atau keragu-raguan sama sekali dan jangan memungkirinya walaupun keadaan wali tersebut menyalahi syara’
Dan Sayyidi Syekh Samman meninggal dunia pada hari rabu 2 zdulhijjah tahun 1189 H, dan dimaqamkan di baqi’ berdekatan dengan kubur para istri-istri Baginda Rasulullah
Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung banyaknya, bahkan sampai saat inipun karamah itu terus ada.
Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.
Murid-murid beliau dr Indonesia : Qutb Zaman Syekh muhammad Arsyad al-Banjari, Qutb Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani), al-Qutb Syekh Abdussamad al-Palimbani, al-Qutb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari), al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib utsman betawi), al-Qutb Syekh dawud al-Fathani, dan lain-lain.
Dan diantara keagungan dan kemuliaan beliau yg amat banyak, diantaranya : SEMUA MURID BELIAU YANG JUMLAHNYA RIBUAN MENEMPATI MAQAM QUTB.
Beliau menempati kemulyaan karena beliau berada pada jalan Rasulullah dan para sahabatnya, yakni AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH.

Syekh Muhammad Bahauddin An Naqsabandiy RA

Syekh Muhammad Bahauddin An Naqsabandiy Ra. Adalah seorang Wali Qutub yang masyhur hidup pada tahun 717-791 H di desa Qoshrul ‘Arifan, Bukhara , Rusia. Beliau adalah pendiri Thoriqoh Naqsyabandiyah sebuah thoriqoh yang sangat terkenal dengan pengikut sampai jutaan jama’ah dan tersebar sampai ke Indonesia hingga saat ini.

Syekh Muhammmad Baba as Samasiy adalah guru pertama kali dari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. yang telah mengetahui sebelumnya tentang akan lahirnya seseorang yang akan menjadi orang besar, yang mulia dan agung baik disisi Allah Swt. maupun dihadapan sesama manusia di desa Qoshrul Arifan yang tidak lain adalah Syekh Bahauddin.
Di dalam asuhan, didikan dan gemblengan dari Syekh Muhammad Baba inilah Syekh Muhammad Bahauddin mencapai keberhasilan di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. sampai Syekh Muhammad Baba menganugerahinya sebuah “kopiah wasiat al Azizan” yang membuat cita-citanya untuk lebih dekat dan wusul kepada Allah Swt. semakin meningkat dan bertambah kuat. Hingga pada suatu saat, Syekh Muhammad Bahauddin Ra. melaksanakan sholat lail di Masjid. Dalam salah satu sujudnya hati beliau bergetar dengan getaran yang sangat menyejukkan sampai terasa hadir dihadapan Allah (tadhoru’). Saat itu beliau berdo’a, “Ya Allah berilah aku kekuatan untuk menerima bala’ dan cobaanya mahabbbah (cinta kepada Allah)”.

Setelah subuh, Syekh Muhammad Baba yang memang seorang waliyullah yang kasyaf (mengetahui yang ghoib dan yang akan terjadi) berkata kepada Syekh Bahauddin, “Sebaiknya kamu dalam berdo’a begini, “Ya Allah berilah aku apa saja yang Engkau ridloi”. Karena Allah tidak ridlo jika hamba-Nya terkena bala’ dan kalau memberi cobaan, maka juga memberi kekuatan dan memberikan kepahaman terhadap hikmahnya”. Sejak saat itu Syekh Bahauddin seringkali berdo’a sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Syekh Muhammad baba.

Untuk lebih berhasil dalam pendekatan diri kepada Sang Kholiq, Syekh Bahauddin seringkali berkholwat menyepikan hatinya dari keramaian dan kesibukan dunia. Ketika beliau berkholwat dengan beberapa sahabatnya, waktu itu ada keinginan yang cukup kuat dalam diri Syekh Bahauddin untuk bercakap-cakap. Saat itulah secara tiba-tiba ada suara yang tertuju pada beliau, “He, sekarang kamu sudah waktunya untuk berpaling dari sesuatu selain Aku (Allah)”. Setelah mendengar suara tersebut, hati Syekh Bahauddin langsung bergetar dengan kencangnya, tubuhnya menggigil, perasaannya tidak menentu hingga beliau berjalan kesana kemari seperti orang bingung. Setelah merasa cukup tenang, Syekh Bahauddin menyiram tubuhnya lalu wudlu dan mengerjakan sholat sunah dua rokaat. Dalam sholat inilah beliau merasakan kekhusukan yang luar biasa, seolah-olah beliau berkomunikasi langsung dengan Allah Swt.

Saat Syekh Bahauddin mengalami jadzab1 yang pertama kali beliau mendengar suara, “Mengapa kamu menjalankan thoriq yang seperti itu ? “Biar tercapai tujuanku’, jawab Syekh Muhammad Bahauddin. Terdengar lagi suara, “Jika demikian maka semua perintah-Ku harus dijalankan. Syekh Muhammad Bahauddin berkata “Ya Allah, aku akan melaksanakan semampuku dan ternyata sampai 15 hari lamanya beliau masih merasa keberatan. Terus terdengar lagi suara, “Ya sudah, sekarang apa yang ingin kamu tuju ? Syekh Bahauddin menjawab, “Aku ingin thoriqoh yang setiap orang bisa menjalankan dan bisa mudah wushul ilallah”.

Hingga pada suatu malam saat berziarah di makam Syekh Muhammad Wasi’, beliau melihat lampunya kurang terang padahal minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang. Tak lama kemudian ada isyarat untuk pindah berziarah ke makam Syekh Ahmad al Ahfar Buli, tetapi disini lampunya juga seperti tadi. Terus Syekh Bahauddin diajak oleh dua orang ke makam Syekh Muzdakhin, disini lampunya juga sama seperti tadi, sampai tak terasa hati Syekh Bahauddin berkata, “Isyarat apakah ini ?”
Kemudian Syekh Bahauddin, duduk menghadap kiblat sambil bertawajuh dan tanpa sadar beliau melihat pagar tembok terkuak secara perlahan-lahan, mulailah terlihat sebuah kursi yang cukup tinggi sedang diduduki oleh seseorang yang sangat berwibawa dimana wajahnya terpancar nur yang berkilau. Disamping kanan dan kirinya terdapat beberapa jamaah termasuk guru beliau yang telah wafat, Syekh Muhammad Baba.

Salah satu dari mereka berkata, “Orang mulia ini adalah Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy dan yang lain adalah kholifahnya. Lalu ada yang menunjuk, ini Syekh Ahmad Shodiq, Syekh Auliya’ Kabir, ini Syekh Mahmud al Anjir dan ini Syekh Muhammad Baba yang ketika kamu hidup telah menjadi gurumu. Kemudian Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang dialami Syekh Muhammad Bahauddin, “Sesunguhnya lampu yang kamu lihat tadi merupakan perlambang bahwa keadaanmu itu sebetulnya terlihat kuat untuk menerima thoriqoh ini, akan tetapi masih membutuhkan dan harus menambah kesungguhan sehingga betul-betul siap.

Untuk itu kamu harus betul-betul menjalankan 3 perkara :
Istiqomah mengukuhkan syariat.
Beramar Ma’ruf Nahi mungkar.
Menetapi azimah (kesungguhan) dengan arti menjalankan agama dengan mantap tanpa memilih yang ringan-ringan apalagi yang bid’ah dan berpedoman pada perilaku Rasulullah Saw. dan para sahabat Ra.

Kemudian untuk membuktikan kebenaran pertemuan kasyaf ini, besok pagi berangkatlah kamu untuk sowan ke Syekh Maulana Syamsudin al An-Yakutiy, di sana nanti haturkanlah kejadian pertemuan ini. Kemudian besoknya lagi, berangkatlah lagi ke Sayyid Amir Kilal di desa Nasaf dan bawalah kopiah wasiat al Azizan dan letakkanlah dihadapan beliau dan kamu tidak perlu berkata apa-apa, nanti beliau sudah tahu sendiri”.

Syekh Bahauddin setelah bertemu dengan Sayyid Amir Kilal segera meletakkan “kopiah wasiat al Azizan” pemberian dari gurunya. Saat melihat kopiah wasiat al Azizan, Sayyid Amir Kilal mengetahui bahwa orang yang ada didepannya adalah syekh Bahauddin yang telah diwasiatkan oleh Syekh Muhammad Baba sebelum wafat untuk meneruskan mendidiknya.

Syekh Bahauddiin di didik pertama kali oleh Sayyid Amir Kilal dengan kholwat selama sepuluh hari, selanjutnya dzikir nafi itsbat dengan sirri. Setelah semua dijalankan dengan kesungguhan dan berhasil, kemudian beliau disuruh memantapkannnya lagi dengan tambahan pelajaran beberapa ilmu seperti, ilmu syariat, hadist-hadist dan akhlaqnya Rasulullah Saw. dan para sahabat. Setelah semua perintah dari Syekh Abdul Kholiq di dalam alam kasyaf itu benar–benar dijalankan dengan kesungguhan oleh Syekh Bahauddin mulai jelas itu adalah hal yang nyata dan semua sukses bahkan beliau mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Jadi toriqoh An Naqsyabandiy itu jalur ke atas dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy ke atasnya lagi dari Syekh Yusuf al Hamadaniy seorang Wali Qutub masyhur sebelum Syekh Abdul Qodir al Jailaniy. Syekh Yusuf al Hamadaniy ini kalau berkata mati kepada seseorang maka mati seketika, berkata hidup ya langsung hidup kembali, lalu naiknya lagi melalui Syekh Abu Yazid al Busthomi naik sampai sahabat Abu Bakar Shiddiq Ra. Adapun dzikir sirri itu asalnya dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al ghojdawaniy yang mengaji tafsir di hadapan Syekh Sodruddin. Pada saat sampai ayat, “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan cara tadhorru’ dan menyamarkan diri”...

Lalu beliau berkata bagaimana haqiqatnya dzikir khofiy /dzikir sirri dan kaifiyahnya itu ? jawab sang guru : o, itu ilmu laduni dan insya Allah kamu akan diajari dzikir khofiy. Akhirnya yang memberi pelajaran langsung adalah nabi Khidhir as.
Pada suatu hari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. bersama salah seorang sahabat karib yang bernama Muhammad Zahid pergi ke Padang pasir dengan membawa cangkul. Kemudian ada hal yang mengharuskannya untuk membuang cangkul tersebut. Lalu berbicara tentang ma’rifat sampai datang dalam pembicaraan tentang ubudiyah “Lha kalau sekarang pembicaraan kita sampai begini kan berarti sudah sampai derajat yang kalau mengatakan kepada teman, matilah, maka akan mati seketika”. Lalu tanpa sengaja Syekh Muhammad Bahauddin berkata kepada Muhammad Zahid, “matilah kamu!, Seketika itu Muhammad Zahid mati dari pagi sampai waktu dhuhur.

Melihat hal tersebut Syekh Muhammad Bahauddin Ra. menjadi kebingungan, apalagi melihat mayat temannya yang telah berubah terkena panasnya matahari. Tiba-tiba ada ilham “He, Muhammad, berkatalah ahyi (hiduplah kamu). Kemudian Syekh Muhammad Bahauddin Ra. berkata ahyi sebanyak 3 kali, saat itulah terlihat mayat Muhammad Zahid mulai bergerak sedikit demi sedikit hingga kembali seperti semula. Ini adalah pengalaman pertama kali Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan yang menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Wali yang sangat mustajab do’anya.

Syekh Tajuddin salah satu santri Syekh Muhammad Bahauddin Ra berkata, “Ketika aku disuruh guruku, dari Qoshrul ‘Arifan menuju Bukhara yang jaraknya hanya satu pos aku jalankan dengan sangat cepat, karena aku berjalan sambil terbang di udara. Suatu ketika saat aku terbang ke Bukhara , dalam perjalanan terbang tersebut aku bertemu dengan guruku. Semenjak itu kekuatanku untuk terbang di cabut oleh Syekh Muhammad Bahauddin Ra, dan seketika itu aku tidak bisa terbang sampai saat ini”.

Berkata Afif ad Dikaroniy, “Pada suatu hari aku berziarah ke Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Lalu ada orang yang menjelek-jelekkan beliau. Aku peringatkan, kamu jangan berkata jelek terhadap Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan jangan kurang tata kramanya kepada kekasih Allah. Dia tidak mau tunduk dengan peringatanku, lalu seketika itu ada serangga datang dan menyengat dia terus menerus. Dia meratap kesakitan lalu bertaubat, kemudian sembuh dengan seketika. Demikian kisah keramatnya Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Rodiyallah ‘anhu wa a’aada a‘lainaa min barokaatihi wa anwaarihi wa asroorihii wa ‘uluumihii wa akhlaaqihi allahuma amiin.

SYEKH ABDUL QODIR AL JAELANI

Syaih Abdul Qodir Jaelani

    Jumlah karomah yang dimiliki oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani banyak sekali:
    Syaikh Abil AbbasAhmad ibn Muhammadd ibn Ahmad al-Urasyi al-Jily:
    Pada suatu hari, aku telah menghadiri majlis asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani berserta murid-muridnya yang lain. Tiba-tiba, muncul seekor ular besar di pangkuan asy-Syaikh. Maka orang ramai yang hadir di majlis itu pun berlari tunggang langgang, ketakutan. Tetapi asy-Syaikh al-Jilani hanya duduk dengan tenang saja. Kemudian ular itu pun masuk ke dalam baju asy-Syaikh dan telah merayap-rayap di badannya. Setelah itu, ular itu telah naik pula ke lehernya. Namun, asy-Syaikh masih tetap tenang dan tidak berubah keadaan duduknya.

    Setelah beberapa waktu berlalu, turunlah ular itu dari badan asy-Syaikh dan ia telah seperti bicara dengan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani . Setelah itu, ular itu pun ghaib.

    Kami pun bertanya kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani tentang apa yang telah dipertuturkan oleh ular itu. Menurut beliau ular itu telah berkata bahwa dia telah menguji wali-wali Allah yang lain, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan seorang pun yang setenang dan sehebat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani .

    Pada suatu hari, ketika asy-Syaikh sedang mengajar murid-muridnya di dalam sebuah majlis, seekor burung telah terbang di udara di atas majlis itu sambil mengeluarkan satu bunyi yang telah mengganggu majlis itu. Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun berkata, “Wahai angin, ambil kepala burung itu.” Seketika itu juga, burung itu telah jatuh ke atas majlis itu, dalam keadaan kepalanya telah terputus dari badannya.

    Setelah melihat keadaan burung itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun turun dari kursi tingginya dan mengambil badan burung itu, lalu disambungkan kepala burung itu ke badannya. Kemudian asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah berkata, “Bismillaahirrahmaanirrahim.” Dengan serta-merta burung itu telah hidup kembali dan terus terbang dari tangan asy-Syaikh.
    Maka takjublah para hadirin di majlis itu karena melihat kebesaran Allah yang telah ditunjukkanNya melalui tangan asy-Syaikh.

    Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:
    Pada suatu hari, di dalam tahun 537 Hijrah, seorang lelaki dari kota Baghdad (dikatakan oleh sesetengah perawi bahawa lelaki itu bernama Abu Sa‘id ‘Abdullah ibn Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi) telah datang bertemu dengan asy-Syaikh Jilani, berkata, bahwa dia mempunyai seorang anak dara cantik berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu telah diculik (diterbangkan) dari atas anjung rumahnya oleh seorang jin.
    Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menyuruh lelaki itu pergi pada malam hari itu, ke suatu tempat bekas rumah roboh, di satu kawasan lama di kota Baghdad bernama al-Karkh.

    “Carilah bonggol yang kelima, dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di atas tanah. Kala engkau membuat garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ” Apabila malam telah gelap, engkau akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin, dengan berbagai-bagai rupa dan bentuk. Janganlah engkau takut. Apabila waktu hampir terbit fajar, akan datang pula raja jin dengan segala angkatannya yang besar. Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh engkau datang bertemu dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya tentang kejadian yang telah menimpa anak perempuanmu itu.”

    Lelaki itu pun pergi ke tempat itu dan melaksanakan arahan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani itu. Beberapa waktu kemudian, datanglah jin-jin yang cuba menakut-nakutkan lelaki itu, tetapi jin-jin itu tidak berkuasa untuk melintasi garis bulatan itu. Jin-jin itu telah datang bergilir-gilir, yakni satu kumpulan selepas satu kumpulan. Dan akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda dan telah disertai oleh satu angkatan yang besar dan hebat rupanya.

    Raja jin itu telah memberhentikan kudanya di luar garis bulatan itu dan telah bertanya kepada lelaki itu, “Wahai manusia, apakah hajatmu?”
    Lelaki itu telah menjawab, “Aku telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani untuk bertemu denganmu.”

    Begitu mendengar nama asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan oleh lelaki itu, raja jin itu telah turun dari kudanya dan terus mengucup bumi. Kemudian raja jin itu telah duduk di atas bumi, disertai dengan seluruh anggota rombongannya. Sesudah itu, raja jin itu telah bertanyakan masalah lelaki itu. Lelaki itu pun menceritakan kisah anak daranya yang telah diculik oleh seorang jin. Setelah mendengar cerita lelaki itu, raja jin itu pun memerintahkan agar dicari si jin yang bersalah itu. Beberapa waktu kemudian, telah dibawa ke hadapan raja jin itu, seorang jin lelaki dari negara Cina bersama-sama dengan anak dara manusia yang telah diculiknya.

    Raja jin itu telah bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak dara manusia ini? Tidakkah engkau tahu yang dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”
    Jin lelaki dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh berahi dengan anak dara manusia itu. Raja jin itu pula telah memerintahkan agar dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin dari negara Cina itu pula telah dikenakan hukuman pancung kepala.
    Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala perbuatan raja jin itu, yang sangat patuh kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.

    Raja jin itu berkata pula, “Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani boleh melihat dari rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat. Dan mereka semua sedang berada di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia, bahkan juga ke atas seluruh bangsa jin.”

    Telah bercerita asy-Syaikh Abi ‘Umar ‘Uthman dan asy-Syaikh Abu Muhammad ‘Abdul Haqq al-Huraimy:
    Pada 3 hari bulan Safar, kami berada di sisi asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani Pada waktu itu, asy-Syaikh sedang mengambil wudu dan memakai sepasang terompah. Setelah selesai menunaikan solat dua rakaat, dia telah bertempik dengan tiba-tiba, dan telah melemparkan salah satu dari terompah-terompah itu dengan sekuat tenaga sampai tak nampak lagi oleh mata. Selepas itu, dia telah bertempik sekali lagi, lalu melemparkan terompah yang satu lagi. Kami yang berada di situ, telah melihat dengan ketakjubannya, tetapi tidak ada seorang pun yang telah berani menanyakan maksud semua itu.

    Dua puluh tiga hari kemudian, sebuah kafilah telah datang untuk menziarahi asy-Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilany. Mereka (yakni para anggota kafilah itu) telah membawa hadiah-hadiah untuknya, termasuk baju, emas dan perak. Dan yang anehnya, termasuk juga sepasang terompah. Apabila kami amat-amati, kami lihat terompah-terompah itu adalah terompah-terompah yang pernah dipakai oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pada satu masa dahulu. Kami pun bertanya kepada ahli-ahli kafilah itu, dari manakah datangnya sepasang terompah itu. Inilah cerita mereka:
    Pada 3 haribulan Safar yang lalu, ketika kami sedang di dalam satu perjalanan, kami telah diserang oleh satu kumpulan perompak. Mereka telah merampas kesemua barang-barang kami dan telah membawa barang-barang yang mereka rampas itu ke satu lembah untuk dibagi-bagikan di antara mereka.

    Kami pun berbincang sesama sendiri dan telah mencapai satu keputusan. Kami lalu menyeru asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani agar menolong kami. Kami juga telah bernazar apabila kami sudah selamat, kami akan memberinya beberapa hadiah.

    Tiba-tiba, kami terdengar satu jeritan yang amat kuat, sehingga menggegarkan lembah itu dan kami lihat di udara ada satu benda yang sedang melayang dengan sangat laju sekali. Beberapa waktu kemudian, terdengar satu lagi bunyi yang sama dan kami lihat satu lagi benda seumpama tadi yang sedang melayang ke arah yang sama.

    Selepas itu, kami telah melihat perompak-perompak itu berlari lintang-pukang dari tempat mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan itu dan telah meminta kami mengambil balik harta kami, karena mereka telah ditimpa satu kecelakaan. Kami pun pergi ke tempat itu. Kami lihat kedua orang pemimpin perompak itu telah mati. Di sisi mereka pula, ada sepasang terompah. Inilah terompah-terompah itu.

    Telah bercerita asy-Syaikh Abduh Hamad ibn Hammam:
    Pada mulanya aku memang tidak suka kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Walaupun aku merupakan seorang saudagar yang paling kaya di kota Baghdad waktu itu, aku tidak pernah merasa tenteram ataupun berpuas hati.
    Pada suatu hari, aku telah pergi menunaikan solat Jum’at. Ketika itu, aku tidak mempercayai tentang cerita-cerita karomah yang dikaitkan pada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Sesampainya aku di masjid itu, aku dapati beliau telah ramai dengan jamaah. Aku mencari tempat yang tidak terlalu ramai, dan kudapati betul-betul di hadapan mimbar.

    Di kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja mulai untuk khutbah Jumaat. Ada beberapa perkara yang disentuh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang telah menyinggung perasaanku. Tiba-tiba, aku terasa hendak buang air besar. Untuk keluar dari masjid itu memang sukar dan agak mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan malu, takut-takut aku buang air besar di sana di depan orang banyak. Dan kemarahanku terhadap asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun bertambah dan memuncak.

    Pada saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah turun dari atas mimbar itu dan telah berdiri di hadapanku. Sambil beliau terus memberikan khutbah, beliau telah menutup tubuhku dengan jubahnya. Tiba-tiba aku sedang berada di satu tempat yang lain, yakni di satu lembah hijau yang sangat indah. Aku lihat sebuah anak sungai sedang mengalir perlahan di situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, tanpa kehadiran seorang manusia.
    Aku pergi membuang air besar. Setelah selesai, aku mengambil wudlu. Apabila aku sedang berniat untuk pergi bersolat, dan tiba-tiba diriku telah berada ditempat semula di bawah jubah asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Dia telah mengangkat jubahnya dan menaiki kembali tangga mimbar itu.
    Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena perutku sudah merasa lega, tetapi juga keadaan hatiku. Segala perasaan marah, ketidakpuasan hati, dan perasaan-perasaan jahat yang lain, semuanya telah hilang.

    Selepas sembahyang Jum’at berakhir, aku pun pulang ke rumah. Di dalam perjalanan, aku menyadari bahwa kunci rumahku telah hilang. Dan aku kembali ke masjid untuk mencarinya. Begitu lama aku mencari, tetapi tidak aku temukan, terpaksa aku menyuruh tukang kunci untuk membuat kunci yang baru.

    Pada keesokan harinya, aku telah meninggalkan Baghdad dengan rombonganku karena urusan perniagaan. Tiga hari kemudian, kami telah melewati satu lembah yang sangat indah. Seolah-olah ada satu kuasa ajaib yang telah menarikku untuk pergi ke sebuah anak sungai. Barulah aku teringat bahwa aku pernah pergi ke sana untuk buang air besar, beberapa hari sebelum itu. Aku mandi di anak sungai itu. Ketika aku sedang mengambil jubahku, aku telah temukan kembali kunciku, yang rupa-rupanya telah tertinggal dan telah tersangkut pada sebatang dahan di situ.
    Setelah aku sampai di Baghdad, aku menemui asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dan menjadi anak muridnya.

    Sabtu, 01 Desember 2012

    ABAH SEKUMPUL





    BIOGRAFI KH. MUHAMMAD ZAINI ABDUL GHANI (GURU SEKUMPUL)




    A. Sekilas Tentang KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Suara beliau sangatlah khas nan merdu. Beliau merupakan perintis pembacaan Maulid Simtuddurar atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Habsyi di Pulau Borneo. Beliau merupakan satu diantara ulama kharismatik yang bukan hanya dihormati oleh umat, bahkan para ulama dan pejabat pun menghormati sosok beliau.
    Beliau adalah Tuan Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul. Beliau merupakan sekian dari “permata” yang berada di Martapura Kalimantan Selatan.
    Al’alimul ‘allamah Al’arif Billah As-Syeikh Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah putra dari Al-‘arif Billah Abdul Ghani putra Haji Abdul Manaf putra Muhammad Seman putra Haji Muhammad Sa’ad putra Haji Abdullah putra Al’alimul ‘alamah Mufti Khalid putra Al’alimul ‘allamah Khalifah Haji Hasanuddin putra Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Beliau dilahirkan di malam Rabu 27 Muharram 1361 H. bertepatan dengan 11 Februari 1942 M di Desa Tunggulirang Seberang, Martapura.
    Ketika beliau tinggal di Desa Tunggulirang beliau tidak menyusu kepada ibu beliau, tetapi hanya mengisap air liur Al’arif Billah H. Abdurrahman atau Haji Adu hingga kenyang selama empat puluh hari.
    Sewaktu kecil beliau diberi nama Qusyairi. Semenjak kecil beliau merupakan salah seorang anak yang terpelihara (mahfuzh), sifat pembawaan beliau dari kecil yang lain dari yang lain diantaranya adalah beliau tidak pernah bermimpi basah (ihtilam).
    Sedari kecil beliau selalu berada disamping kedua orang tua dan nenek beliau yang bernama Salbiah. Beliau dipelihara dengan penuh kasih sayang dan berdisiplin dalam pendidikan agama. Sejak dini oleh kedua orang tua dan nenek beliau sudah ditanamkan nilai-nilai ketauhidan dan akhlak yang mulia dan penanaman nilai-nilai Qur’ani dengan mengajari beliau al-Qur’an.
    Abdul Ghani putra Abdul Manaf, ayah dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan cerita dan cobaan, tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah, sewaktu kecil beliau sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh.
    Pada masa-masa itu juga ayahanda beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahanda beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha dan sepertiganya lagi untuk disumbangkan.
    Meski dari keluarga dengan ekonomi yang kurang memadai, namun mereka selalu memperhatikan pendidikan anaknya dengan membantu guru-gurunya meski dengan bantuan ala kadarnya. Setiap berangkat mengaji, beliau (KH. Muhammad Zaini) selalu dibekali dengan sebotol kecil minyak tanah yang diberikan kepada guru beliau, salah satunya adalah kepada Guru Muhammad Hasan, Pasayangan, guru yang mengajari beliau al-Qur’an.
    Di usia kurang dari tujuh tahun beliau dimasukkan untuk bersekolah di madrasah di Kampung Keraton, Martapura, selama dua tahun dan meneruskan ke jenjang selanjutnya di Madrasah Darussalam Martapura hingga selesai.

    B. Guru-Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    1. Tingkat Tahdhiri/Ibtidai di Keraton:
    - Guru Muhammad Zaini Umar
    - Guru Abdul Mu’iz
    2. Tingkat Tahdhiri/Ibtidai Madrasah Darussalam:
    - Guru Sulaiman
    - Guru H. Abdul Hamid Husein
    - Guru H. Mahalli Abdul Qadir
    - Guru Muhammad Zain
    - Guru H. Rafi’i
    - Guru Syahran
    3. Pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren Darussalam:
    - KH. Husein Dahlan
    - KH. Salman Yusuf
    - KH. Sya’rani Arif
    - KH. Husein Qadri
    - KH. Salim Ma’ruf
    - KH. Seman Mulia
    - KH. Salman Abdul Jalil
    4. Guru dalam ilmu tajwid
    - KH. Sya’rani Arif
    - Qari dan Hafizh H. Nashrun Thahir
    - Qari dan Hafizh H. Aini, Kandangan
    5. Guru dalam Tasawwuf dan Suluk
    - KH. Muhammad Syarwani Abdan
    - Kiyai Falak, Bogor
    - Quthb Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi
    6. Sanad-sanad dalam ilmu thariqat dan berbagai ilmu yang diperoleh dari:
    - Quthb Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi
    - Quthb Syeikh Sayyid Abdul Qadir al-Barr
    - Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki
    - Syeikh Hassan Masysyath
    - Syeikh Muhammad Yasin, Padang
    - Kiyai Falak, Bogor
    - Syeikh Ismail Zein Yasin al-Yamani
    7. Guru pertama secara ruhani atau mimpi:
    - Al’alimul’allamah Ali Junaidi Berau bin Al’alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin Al’alimul’allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
    - Al’alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan; kemudian beliau menyerahkan kepada Kiyai Falak yang kemudian beliau serahkan kepada al’alimul’allamah Al-‘arif Billah As-Syeikh Quthb As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian beliau serahkan kepada Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang selanjutnya dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw.
    Atas saran KH. Ali Junaidi, Berau beliau dianjurkan untuk belajar kepada KH. Muhammad, Desa Gadung, Rantau putra dari Syeikh Salman al-Farisi putra Qadhi H. Mahmud putra Asiah putri Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari untuk mempelajari ilmu tentang “Nur Muhammad”.

    C. Perjalanan Hidup dan Sifat-Sifat Mulia KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    1. Karunia Allah Swt
    Dalam usia kurang sepuluh tahun beliau sudah mendapat keistimewaan dan anugerah berupa kasyaf hisyi yaitu dapat mengetahui dan mendengar apa yang berada di dalam sesuatu dan yang tersembunyi dan terdinding. Suatu ketika beliau berjalan-jalan di hutan, rerumputan memberi beliau salam dan menyebutkan kegunaannya untuk pengobatan dan berbagai khasiat lainnya. Begitu pula dengan bebatuan dan besi, namun semuanya itu tidak diperhatikan beliau karena beliau anggap hanya sebagai cobaan dan ujian.
    Kurang lebih pada usia yang sama pada malam jum’at beliau bermimpi melihat sebuah bahtera (kapal) besar yang turun dari langit dan di muka kapal itu terdapat pintu masuk dan terdapat seorang penjaga seorang lelaki berjubah putih dan di pintunya tertulis Safinatul Awliya (Bahtera para Wali Allah). Tatkala beliau berusaha masuk ke dalam kapal, beliau dihalau penjaganya hingga tersungkur dan beliau pun langsung terbangun. Malam jum’at berikutnya mimpi tersebut terulang kembali hingga pada malam jum’at ketiga beliau bermimpikan yang sama dan beliau diperkenankan masuk ke dalam bahtera tersebut dan disambut oleh seorang syeikh dan di dalamnya beliau melihat banyak kursi yang kosong. Setelah beberapa lama atau sekitar puluhan tahun ketika beliau beranjak dewasa dan menuntut ilmu ke tanah jawa ternyata orang yang menyambut beliau dan menjadi guru beliau yang pertama adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
    2. Akhlak mulia KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Sejak kecil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani hidup di tengah keluarga yang saleh dalam didikan orang tua dan bimbingan paman beliau KH. Seman Mulia, sehingga betul-betul tertanam dalam lubuk hati beliau sifat-sifat mulia, sabar, ridha, pasrah, kasih sayang, tidak pemarah, pemurah, sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau, beliau tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang tua sekalipun beliau pernah dipukul oleh orang yang dengki kepada beliau.
    3. Seorang yang mencintai alim ulama
    Beliau adalah orang yang sangat mencintai dan memuliakan ulama dan orang saleh, hal ini tampak sejak beliau masih kecil. Di masa kecil beliau selalu menunggu di jalan di mana biasanya KH. Zainal Ilmi lewat pada hari tertentu ketika hendak ke Banjarmasin, hanya untuk bersalaman dan mencium tangan KH. Zainal Ilmi.
    4. Petunjuk Allah Swt
    Di masa remaja KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin dua cucu Rasulullah Saw dan keduanya masing-masing membawakan pakaian dan memakaikannya kepada beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) dilengkapi dengan surban dan berbagai pakaian lainnya dan ketika itu beliau diberi gelar “Zainal ‘Abidin” (Perhiasan Para Ahli Ibadah).
    Sesudah dewasa tampaklah kebesaran dan keutamaan beliau dalam berbagai hal. Banyak orang yang datang belajar kepada beliau. Para habaib senior, ulama, guru bahkan guru yang pernah mengajar beliau sekalipun. Beliau adalah seorang ulama yang mengumpulkan antara syariat, thariqat dan hakikat. Beliau pun adalah seorang yang hafal al-Qur’an serta tafsirnya, yaitu tafsir al-Jalalain.
    5. Sangat sayang kepada orang tua dan keluarga serta bimbingan sang paman yang sangat berpengaruh
    Pendidikan yang diberikan oleh paman beliau KH. Seman Mulia sangat berpengaruh dalam dirinya, selain mengajar beliau di sekolah paman beliau juga membawa beliau kepada ulama-ulama lainnya yang mempunyai keahlian khusus dan mengantar beliau langsung baik di Kalimantan maupun di luar Kalimantan, untuk mendalami tafsir dan hadits, beliau dibawa kepada As-Syeikh H. Sya’rani Arif sekalipun KH. Seman Mulia sebagai pagar semua bidang keilmuan namun sifat rendah hati beliau (tawadhu) itulah yang tertanam dalam diri beliau yang memberi pengaruh pada diri KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani.
    Pernah suatu ketika beliau ingin bermain seperti anak-anak lainnya, beliau bersama teman yang biasa menemani beliau, pergi ke pasar. Namun apa yang terjadi ketika tiba di pintu gerbang pasar beliau melihat paman beliau dan menyuruh untuk pulang sedang teman beliau itu tidak melihat adanya sang paman. Dan beliau pun langsung pulang ke rumah.
    Beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) adalah seorang yang amat berbakti kepada kedua orang tua serta paman beliau. Sehingga suatu ketika mereka sakit sedikitpun beliau tidak pernah meninggalkan meski beliau sendiri dalam keadaan sakit.
    6. Keturunan (Zurriyat) Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
    Beliau adalah seorang ulama keturunan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali amalan dan thariqat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
    7. Seorang ulama yang selalu di rindukan
    Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, tidak pemarah dan pemurah sangat tampak pada diri beliau sehingga beliau sangat disenangi oleh segenap orang, sahabat serta murid beliau. Salah satu sifat beliau yang sangat mulia adalah kalau ada orang yang tidak senang melihat keadaan beliau dan member kritikan kepada beliau, maka beliau tidak membalasnya. Semua tamu-tamu yang bertandang ke rumah beliau selalu diberi jamuan serta berbagai nasehat yang berguna.
    8. Kegiatan pengajian yang selalu ramai
    Pada hari-hari pengajian sekalipun tidak diundang, murid-murid yang mengikuti pengajian beliau tidak kurang dari puluhan ribu orang yang datang dari berbagai penjuru daerah di Kalimantan Selatan dan dari daerah lainnya. Itu adalah karena semata-mata karunia Allah Swt yang diberikan kepada beliau dan menjadikan beliau sebagai seorang ulama “waratsatul anbiya” dan Allah telah tentukan beliau seorang yang alim lagi mulia.

    D. Ajaran Agama dan Keramat KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    1. Ulama yang berakhlak al-Qur’an
    Beliau adalah seorang yang mempunyai prinsip dalam berjihad itu benar-benar mencerminkan apa-apa yang terkandung dalam al-Qur’an, misalnya seperti beliau akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya da’wah Islamiyah atau membesarkan (memuliakan) syi’ar Islam, maka sebelum beliau pergi ke tempat tersebut lebih dahulu beliau turut menyumbangkan harta beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau datang. Jadi beliau benar-benar berjihad dengan harta lebih dahulu kemudian baru dengan badan dalam arti kata mengamalkan atau melaksanakan perintah al-Qur’an. Yang berbunyi:
                 )التو بة : ٤۱)
    “Dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. at-Taubat: 41)
    2. Satu-satunya ulama yang mendapatkan izin mengijazahkan Thariqat “As-Sammaniyah”
    KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah satu-satunya ulama di Kalimantan bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan thariqat “As-Sammaniyah”. Karena itu banyak yang datang kepada beliau untuk mengambil bai’at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan bahkan yang datang dari Jawa dan daerah lainnya.
    3. Ulama yang sangat berpengaruh dalam pengembangkan pendidikan agama Islam di Kalimantan Selatan
    KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang zuriat Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mengikuti jejak Datuk beliau yang asalnya tinggal di Keraton kemudian pindah membuka perkampungan baru di Dalampagar dan mengembangkan pendidikan agama di Dalampagar; maka beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) pun pindah pula dari Keraton ke Sekumpul membuka Komplek perumahan yang dikenal dengan Komplek Ar-Raudah atau Dalam Regol, yang kemudian meluas ke sekelilingnya sehingga terbentuklah Gang Taufiq dan Gang Mahabbah dan lainnya. Di Sekumpul Komplek Ar-Raudah inilah KH. Muhammad Zaini mendidik para anak murid atau jamaah dalam meningkatkan iman, ilmu dan amal serta taqwa kepada Allah Swt yang dilengkapi dengan sarana ibadah (seperti Mushalla dan berbagai perlengkapannya).
    Di Mushalla Ar-Raudah inilah beliau mengajar dan membawa jama’ah dalam beribadat mengamalkan apa yang dikaji atau diajarkan beliau, sehingga kata “kaji dan gawi” sangat jelas kelihatan dalam proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan beliau.
    4. Memunculkan buah rambutan pada saat belum musimnya
    Ketika beliau masih tinggal di Keraton dimana biasanya setelah selesai pengajian atau pembacaan Maulid, beliau berbincang-bincang dengan beberapa orang murid yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang-orang tua dahulu, yang isinya untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah. Tiba-tiba beliau bercerita buah rambutan yang pada waktu itu masih belum musimnya, dengan tiada disadari dan diketahui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangan ke belakang dan kemudian tampak di tangan beliau satu biji buah rambutan masak yang kemudian buah rambutan tersebut langsung beliau makan.
    5. Meminta Kepada Allah Swt Menurunkan Hujan
    Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap hujan akan segera turun. Melihat hal yang demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta do’a agar hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang berada di dekat rumah beliau. Setelah memanjatkan doa’ kepada Allah Swt dan bertawassul kepada Baginda Rasulullah Saw lalu beliau goyang-goyangkan pohon pisang tersebut dan tidak lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya.
    6. Air doa KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Banyak orang yang menderita sakit seperti batu ginjal, usus membusuk, anak yang tertelan jarum/peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal di dalam perut ibunya, yang semuanya itu menurut keterangan dokter harus di operasi, namun keluarga mereka meminta doa dan pertolongan kepada KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, maka dengan air yang beliau berikan semuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa operasi.
    Masih banyak keramat dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani. Yang tersebut di atas hanya sebagian dari sekian banyaknya keramat beliau yang di tulis oleh penulis. Memang keramat ini sangat sulit untuk akal sehat kita menerimanya, namun itulah kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan dan diberikan kepada seorang hamba yang dikasihi-Nya.

    E. KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai Seorang Pemimpin Keluarga dan Umat Islam Kalimantan Selatan
    1. Seorang yang adil lagi bijaksana
    KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang ulama yang adil lagi bijaksana dalam memimpin dan mengayomi masyarakat dan keluarga, terutama terhadap isteri-isteri beliau yang berjumlah beberapa orang dalam satu rumah sehingga kesemuanya tampak keharmonisan dalam keluarga baik dibidang mental maupun spiritual.
    Dari isteri-isteri beliau tersebut satu diantaranya telah melahirkan dua orang putera atau anak sebagai penyambung generasi atau zuriat yang bernama Muhammad Amin Badaly dan Ahmad Hafi Badaly.
    2. Berdakwah dengan lemah lembut dan kasih sayang
    KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang tokoh ulama zuriat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang hidup dipenghujung abad kedua puluh yang disenangi oleh segenap lapisan masyarakat bahkan dikalangan pemerintahan. Ini terlihat dari majelis pengajian beliau yang dikunjungi oleh puluhan ribu kaum muslimin disetiap hari Kamis sore sampai malam Jum’at dan hari Ahad sore sampai malam Senin yang datang dari berbagai penjuru daerah Kalimantan Selatan. Dan pada hari Sabtu pagi khusus disediakan untuk ibu-ibu kaum muslimat.
    Beliau adalah seorang ulama yang ramah dan kasih sayang terhadap setiap orang, terutama kepada anak murid beliau sendiri, karenanya beliau tidak segan-segan menegur apabila melihat hal-hal yang dianggap salah atau tidak tepat, hal ini semata-mata adalah karena kasih sayangnya beliau terhadap umat Nabi Muhammad Saw. Karena itu beliau sering menyerukan dengan ungkapan arti kata kota “Martapura”, menurut beliau adalah: “Marilah Taqwa Para Umat Rasulullah”.

    F. Karya-Karya KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Beberapa hasil karya tulis KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, antara lain:
    - Risalah Mubarakah dalam bahasa Arab
    - Manakib Asy-Syeikh Muhammad Samman al-Madani dalam bahasa Arab
    - Ar-Risalat an-Nuraniyyah fi Syarh at-Tawassulat as-Sammaniyah, dalam bahasa Arab
    - Nubzat min Manaqib al Imam al-Masyhur bil Ustadz al A’zham Muhammad bin Ali Ba’Alwi dalam bahasa Arab

    G. Pesan-Pesan KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Pesan-pesan yang sering disampaikan beliau dalam pengajian adalah:
    1. Jangan bakhil (yakni hendaklah jadi orang yang pemurah), karena sifat bakhil adalah sifat madzmumah yang paling bandel dan tidak akan keluar sebelum sifat-sifat madzmumah lainnya keluar. Dan apabila keluar sifat bakhil ini berarti sifat-sifat madzmumah lainnya sudah keluar lebih dahulu. Dan sering beliau ucapkan bahwa di pintu surga tertulis: “Anti haramun ‘ala kulli bakhilin” (maksudnya pintu surga dilarang/haram dimasuki orang bakhil).
    2. Jangan tertipu dengan karamah/keramat (yakni dengan segala keganjilan dan keanehan), karena keramat itu adalah anugerah dan pemberian Allah Swt kepada hamba-Nya bukan karena suatu kepandaian atau keahlian, karena itu janganlah terlintas atau berniat untuk mendapatkan keramat dengan melakukan ibadah atau membaca wirid karena keramat yang mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di dalam ibadah.
    3. Kaji dan gawi maksudnya tuntut ilmu kemudian amalkan.
    Selain beberapa pesan di atas, KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga memberi beberapa poin wasiat bagi warga Kalimantan Selatan dalam menghadapi keterpurukan dan krisis akhlak pada zaman sekarang ini. Beberapa poin wasiat tersebut adalah:
    1. Selalu berpegang teguh kepada Allah Swt dan Baginda Rasulullah Saw
    2. Menghormati serta menjunjung tinggi kedua orang tua dan para ulama
    3. Berbaik sangka terhadap sesama muslim
    4. Murah Hati
    5. Murah harta
    6. Manis muka
    7. Jangan pernah menyakiti orang lain
    8. Mudah memaafkan kesalahan orang lain
    9. Jangan saling bermusuh-musuhan
    10. Jangan tamak, rakus dan serakah
    11. Selalu yakin keselamatan itu kepada kebenaran
    12. Jangan merasa baik daripada orang lain
    13. Tiap-tiap orang yang iri, dengki, atau mau mengadu domba jangan dilayani, serahkan saja kepada Allah Swt
    Wasiat ini ditulis beliau sekitar 20 tahun lalu, tepatnya pada 11 Jumadil Akhir 1413 H. meski wasiat ini ditulis dalam bahasa sederhana, namun makna yang terkandung di dalamnya sangatlah mendalam.

    H. Akhir Hayat KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
    Di penghujung usia, beliau menderita penyakit berat yang sulit disembuhkan, hingga terakhir beliau dirawat di sebuah rumah sakit di luar negeri, sebuah negara tetangga. Dengan tenaga yang tersisa beliau pulang ke rumah dan tiba pada pukul 20.30 WITA Selasa malam 4 Rajab 1426 H. keesokan harinya pada pukul 05.10 WITA pagi Rabu 5 Rajab 1426 H atau lebih tepatnya 10 Agustus 2005 M. beliau pergi meninggalkan kita semua memenuhi panggilan Allah Swt. Jasad beliau dikebumikan di Pemakaman al-Mahya yang berada dalam kompleks ar-Raudhah dan disamping Mushalla ar-Raudhah tepatnya di samping makam paman beliau KH. Seman Mulia.

    I. Haulan KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai Moment Refleksi Wasiat Beliau
    Tradisi memperingati meninggalnya seorang ulama atau lebih dikenal dengan istilah “haul” dilakukan bertujuan untuk meneladani ketokohan ulama bersangkutan. Namun tradisi itu belakangan hanya bersifat ritual, sedikit orang yang hadir dapat merefleksikannya.
    Sudah selayaknya momentum haul KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul dimaknai dengan kegiatan akbar dengan spirit menumbuhkan jiwa-jiwa ulama yang menjadi tuntunan dan tauladan bagi masyarakat. Bukan sosok yang terlena oleh arus dominasi politik praktis, hingga lupa bahwa sisi keulamaannya perlahan terkikis oleh nuansa kehidupan duniawi.
    Sekarang kita telah memasuki tahun ke-7 wafatnya KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Sekumpul. Sudah seharusnya bagi kita untuk melihat dan bercermin kepada diri kita dengan wasiat kebaikan yang diberikan oleh beliau sebagai acuan untuk melangkah lebih baik lagi di kehidupan yang penuh dengan materialistik duniawi sekarang ini.
    Sungguh masyarakat tanah Borneo sangat kehilangan seorang sosok yang menjadi panutan, yang menjadi arahan dalam memberikan kebaikan melawan arus kehidupan dunia yang sudah mulai terkontaminasi hal-hal yang berbau kemunafikan, yang akan membawa setiap orang yang larut di dalamnya kepada kenikmatan yang hanya akan terasa sekejap mata.
    Dalam sebuah harian kota terkemuka di Kalimantan Selatan Banjarmasin Post, penulis mengutip sebuah berita yang mengatakan kepadatan pada acara Haul Guru Sekumpul yang ke-7 di Kompleks Ar-Raudah, Sekumpul Martapura pada hari Minggu (27/5/2012), yang dihadiri oleh jemaah dari berbagai daerah Kalimantan dan luar Kalimantan mencapai 300 ribu jemaah. Ratusan kendaraan roda dua dan empat pun terlihat memadati seluruh ruas jalan.
    Dari kutipan berita di atas dapat kita lihat betapa berharganya seorang Guru Sekumpul di mata para rakyat Banua khususnya dan juga seluruh rakyat Indonesia umumnya. Sudah saatnya wasiat kebaikan yang beliau tinggalkan bagi kita agar kiranya dapat diaktualisasikan dalam menghadapi kehidupan dunia yang kacau balau dengan rayuan pemanis yang akan selalu mengikis moral dan akhlak kita.
    Beliau memang secara zhahir meninggalkan kita, namun sungguh pada hakikat, asa kita dapat menerima bahwa beliau masih berada disekitar kita, di dalam sanubari kita, dipikiran kita beliau akan terus bersemayam dengan kerinduan yang selalu membasuh kenangan akan nasihat dan ilmu yang diberikan beliau. Sungguh pengamalan nasihat dan ajaran yang beliau berikan sangat berarti dalam mengisi makna kehidupan kita yang kian hari makin kosong. Semoga Allah selalu memberi rahmat-Nya dan menempatkan beliau di tempat yang mulia. Amin






    BAB III
    PENUTUP

    Simpulan
    Beliau Tuan Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul. Beliau adalah seorang Alim Ulama Kharismatik Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan di malam Rabu 27 Muharram 1361 H. bertepatan dengan 11 Februari 1942 M di Desa Tunggulirang Seberang, Martapura. Beliau merupakan keturunan dari Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari salah seorang Alim Ulama yang sangat berpengaruh dalam pengembangan ajaran Islam di Kalimantan Selatan.
    Sejak kecil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani diasuh dan di didik oleh kedua orang tua dan nenek beliau yang bernama Salbiah dengan pendidikan tauhid serta akhlak mulia dan penanaman nilai-nilai Qur’ani dalam keseharian beliau. Tak luput juga pengawasan serta arahan bimbingan paman beliau KH. Seman Mulia dalam kehidupan yang beliau jalani.
    Banyak karomah serta kemulian beliau yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepada beliau, di antaranya adalah: diberikan oleh Allah kasyaf hisyi sejak kecil dan dipeliharakan beliau daripada ihtilam (mimpi basah).
    Beliau merupakan seorang ulama juga pemimpin spiritual keagamaan masyarakat Kalimantan Selatan. Sehingga tidak heran, banyak orang yang berduyun-duyun mulai dari berbagai daerah Kalimantan sampai luar Kalimantan sekalipun, datang ke tempat majelis atau pengajian beliau untuk menikmati manisnya keberkahan dan karunia Allah Swt yang dititipkan kepada beliau Guru Sekumpul.

    DAFTAR PUSTAKA

    Barjie, Ahmad. 2012. Mengenang Ulama dan Tokoh Banjar. Yogyakarta: Pustaka Prisma.
    Daudi, Abu, 2006, Al’alimul’alamah Al’arif Billah As-Syeikh H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, Martapura: Yapida.
    El-Rahman, Taufik. 2012. Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati!. Landasan Ulin: Penakita Publisher.
    Harian Kota Banjarmasin Post, Rubrik Intan Idaman Square, Selasa 29 Mei 2012.
    Pustaka Basma, Tim. 2012. 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar. Malang: Pustaka Basma.
    Sahabat, Tim. 2010. 27 Ulama Berpengaruh Kalimantan Selatan. Kandangan: Sahabat. 


    sumber : http://fauzinesia.blogspot.com/2012/06/biografi-kh-muhammad-zaini-abdul-ghani.html